Sebersit Cahaya Olah Rupa Menyeruak dari Punggung Bukit Gunung Sempu

Sejarah & Budaya875 Dilihat

Yogyakarta – dialoguejakarta.com – Meski bukan gunung, tapi orang menyebut kawasan perbukitan di selatan Yogyakarta ini dengan sebutan Gunung Sempu yang terletak di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Nama Sempu konon berasal dari banyaknya pohon Sempur atau Simpur yang tumbuh di perbukitan itu.

Kawasan Gunung Sempu bukan sekadar lanskap yang indah. Wilayah ini adalah ruang hidup, ruang cipta, dan ruang tumbuh bagi para seniman yang menetap dan berkarya di situ. Hasilnya, 23 perupa yang bermukim di bukit kapur itu menggelar pameran bertajuk Hidden Lumens yang berlangsung sejak 3 Juli 2025 di Sangkasa Gallery, Yogyakarta.

“Di balik sunyinya perbukitan ini, kehidupan kreatif berdenyut dalam ritmenya sendiri. Pelan namun pasti, tersembunyi namun bercahaya,” ujar Lenny Ratnasari, seniman patung yang juga pemilik Sangkasa Gallery, Rabu 27 Agustus 2025.

Pameran ini menampilkan karya dua dimensi (lukisan) dan tiga dimensi (patung) dengan mengeksplorasi berbagai corak dan narasi. Ada yang mengeksplorasi bentuk lanskap seperti karya Samudro (Panorama Nanggulan, 2024) dan karya Erianto Ma’eteks (Sawah Ladang dan Lainnya Seputaran Gunung, 2025).

Ada pula yang mengolah bentuk abstrak seperti karya Labadiao Piko (Diantara Kabut, 2024) dan karya lukis Hananta (Rumahku, 2025). Narasi ilusi dieksplorasi Kukuh Nuswantoro (Dialog in The Night, 2016) dan Roeayyah Diana (Delisional Romance, 2025).

Adapun karya patung pada pameran ini beberapa diantaranya mengangkat narasi alam, diantaranya karya Ugiek Sigiono (Swiftlet Hest Hunter, 2025) berupa figur sedang memanjat pohon yang melengkung, atau karya Valentinus Rommy Iskandar (Ayo Kita Gas!, 2025) berupa enam bentuk tabung gas tiga kilogram berupa bentuk buah labu hijau dengan tekstur bintik-bintik berhiaskan tulisan: Hanya untuk Masyarakat Miskin.

Karya patung Lenny Ratnasari mengangkat narasi sosial dengan eksplorasi bentuk empat figur perempuan yang sekujur tubuhnya tertutup pakain (Homage to Annonimous, 2016), narasi ketertutupan dengan bentuk dekoratif ditampilkan Tina Wahyuningsih (Undercover, 2025) berupa bentuk kepala tertutup warna hitam yang hanya menyisakan bentuk wajah berhiaskan bentuk kerucut yang runcing diujungnya dalam warna merah.

Suasana keriangan dihadirkan Komroden Haro (Having Fun, 2025) berupa sosok bocah seolah sedang berada dalam air dengan kaki berjinjit dan tubuh dilingkari pelampung. “Hidden Lumens adalah ajakan untuk hadir lebih dekat dan lebih terbuka, karena cahaya tidak selalu datang dari pusat, kadang ia bersinar paling jujur dari tempat yang tersembunyi,” ujar Lenny Ratnasari.■ Raihul Fadjri