Mengenang Pelopor Seni Patung Abstrak Arby Samah

DialogDaerah1028 Dilihat

Yogyakarta.dialoguejakarta.com – Seniman patung Arby Samah (1934 – 2017) dikenal sebagai pelopor seni patung bercorak abstrak di Indonesia. Dalam rangka peringatan 95 tahun pria kelahiran Nagari Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatra Barat, 1 April 1933 ini digelar pameran patung bertajuk “Arby Samah: 95 Tahun” di Galeri Taman Budaya Sumatra Barat, Padang, 19 – 23 Juni 2025.

“Sebuah perayaan atas warisan seni, pemikiran, dan keteladanan seorang tokoh besar yang telah menorehkan jejak penting dalam lanskap budaya Indonesia,” ujar kurator pameran ini, Ali Umar.

Menurut Ali Umar, yang juga pematung asal Sumatera Barat, Arby Samah bukan sekadar seniman. Dia adalah saksi zaman, penyaksi perubahan, dan penanda arah. “Selama lebih dari tujuh dekade karyanya, baik dalam bentuk patung, lukisan, tulisan, gagasan, maupun keteladanan hidup telah menjadi refleksi dari kegelisahan, cinta, dan keberanian,” katanya.

Setelah selesai kuliah di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta pada tahun 1957 Arby Samah kembali ke Padang Sumatera Barat pada tahun 1970-an.

Di Sumatra Barat, Arby Samah menjabat sebagai Kepala Bidang Kesenian di Kanwil Depdikbud Sumbar (1971-1989), Kepala SMSR Negeri Padang (1989-1993), sembari tetap membuat karya patung sampai dia pensiun sebagai pegawai negeri pada 1993.

Menurut Arsono, pengamat seni rupa, Arby Samah dikenal sebagai seniman dengan karakter kuat dan arah yang sangat berbeda dari arus utama. “Dalam masa ketika seni patung masih didominasi bentuk naturalis dan realis, Arby memperkenalkan abstraksi yang lahir dari gagasan bukan sekadar deformasi bentuk,” ujar Arsono.

Pada pameran ini dihadirkan 10 karya patung Arby Samah bertarikh 1955 hingga 1999 yang menggunakan media kayu dan batu cadas. Karya patung Arby Samah sebenarnya lebih tertuju kepada elemen-elemen garis, bentuk, ruang, volume, tekstur, bahkan warna pada bahan karya. Dia pun tidak mencoba, meniru atau menggambarkan apa pun di alam atau di dunia nyata. Baginya bentuk karya lebih murni sebagai eksplorasi artistik. Misalnya, pada karya yang mengeksplorasi bentuk abstrak tubuh manusia, Arby Samah mengandalkan plastisitas abstraksi dua bentuk tubuh yang menyatu dalam warna asli media kayu (Anak Dipangku, 1965). Sedang pada karya lain yang juga mengeksplorasi abstraksi dua bentuk tubuh dengan pertemuan dua bentuk kepala, tangan dan tubuh bagian bawah (Gadis dan Bujang, 1990).

Bahkan pada karya lain sulit ditangkap identitas kebentukan pada karya yang dominan dalam warna hitam yang dipolesi sapuan warna merah (Penjaga Pantai, 1999). Tapi pada karyanya yang lain penonton boleh jadi cuma butuh waktu tak lama untuk menangkap narasi pada karya yang menampilkan dua bentuk figur abstrak yang saling tindih sebagai narasi tentang praktek persetubuhan (Asal Mula Terjadi, 1980).

Disinilah letak kekuatan Karya Arby Samah yang memang banyak mengeksplorasi narasi hubungan pria dan wanita dengan menyoal ihwal keakraban, kasih sayang, bahkan cumbu rayu.

Untuk merayakan 95 Tahun Arby Samah, pada pameran ini juga dipajang karya 26 seniman patung Indonesia dan karya patung seniman dari Belgia, Jepang, Nepal, dan Malaysia.■Raihul Fadjri