Bangunan Bersejarah, Saksi Bisu Kemerdekaan di Solo

Sejarah & Budaya975 Dilihat

Solo, Dialoguejakarta.com – Kota solo menyimpan banyak cerita bersejarah sejak era penjajahan, tak terkecuali beberapa tempat yang ikut menjadi saksi bisu dalam perjalanan bangsa meraih kemerdekaan. Tempat-tempat tersebut ada yang berupa gedung hingga monumen peringatan dan masih berdiri kokoh hingga saat ini.

Bangunan pertama berdiri di tengah-tengah kota. Gedung Djoeang 45 dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda pada 1876 hingga 1880 di Jalan Mayor Sunaryo No. 4 Kedung Lumbu, Pasar Kliwon. Sejak awal berdiri, Gedung Djoeang 45 telah berulang kali berganti fungsi, mulai dari kantin dan asrama militer tentara Belanda, markas pasukan Jepang, panti asuhan, sekolah, hingga markas TNI. Kini, gedung Djoeang 45 adalah museum dan menjadi Bangunan Cagar Budaya.

Bergeser ke Setabelan, Banjarsari, ada Monumen 45 Banjarsari yang juga menyimpan cerita bersejarah. Monumen yang berdiri pada 31 Oktober 1973 oleh Pemerintah Kota Surakarta didirikan untuk memperingati Serangan Umum Empat Hari pada 7-10 Agustus 1949. Lokasi monumen ini adalah lokasi sebenarnya ketika serangan terjadi dengan penggagas yaitu Letkol Slamet Riyadi dan Mayor Ahmadi untuk memukul mundur Belanda dari Kota Solo.

Selain menyimpan sejarah, kedua tempat tersebut kini dibuka untuk umum. Gedung Djoeang 45 menjadi museum dan Monumen 45 Banjarsari berada di taman dengan berbagai fasilitas publik yang mudah diakses. Bagi masyarakat yang ingin berkunjung, mohon untuk tetap taat aturan. (WG)