Yogyakarta, dialoguejakarta.com – Dua pelukis muda mengeksplorasi corak lukisan yang berbeda, tapi menyuarakan narasi yang sama. Keduanya, Dani M (2002) dan Rafli Bad (2000) menampilkan karya mereka pada pameran bertajuk Pijar Hasrat Dilanjut Pucat di Indie Art House, Yogyakarta, 9 – 18 November 2025.
Kedua pelukis ini mengeksplorasi bentuk sebagai narasi untuk menggambarkan kerakusan industrialisasi sampai menggerus elemen kemanusiaan. Dani bahkan memakai simbol militer berupa seragam doreng, senjata, kekerasan, tubuh buruh pekerja, pabrik dan botol minuman keras untuk menampilkan situasi sulit yang penuh kontradiksi dalam kehidupan sosial-ekonomi. “Humor sarkastik dalam karyanya adalah alat refleksi yang mengubah ironi menjadi cara memahami luka sosial,” ujar Rio Aji, kurator pameran ini.
Dani lewat 16 karya lukis dan patungnya mengeksplorasi narasi relasi individu (pekerja pabrik) dengan kuasa industri. Ada sosok figur mengenakan celana doreng memegang kampak dan botol minuman keras (Berangkat Kerja, 2023). Ada pula figur yang terduduk dalam posisi oleng di kursi panjang dengan tangan memegang botol minuman, dengan latar belakang bentuk bangunan pabrik bertuliskan: HELL. Beratnya kehidupan buruh pabrik membuat pekerja terkapar tak berdaya di antara bangunan pabrik dengan deretan corong asap (Jangan Siksa Aku, 2025). “Dani menyoroti banalitas kekerasan yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” ujar Rio Aji.
Sementara itu, Rafli Bad lewat 13 karya lukis menampilkan citraan mesin sebagai simbol tubuh manusia yang hidup di bawah kungkungan logika efisiensi dan produktivitas. “Komponen mekanis disusun menjadi figur yang menunjukkan hubungan manusia dengan teknologi, serta bagaimana keduanya beroperasi dalam
struktur sosial yang menuntut penyesuaian tanpa henti,” kata Rio Aji.
Ada karya lukis yang menggambarkan bagaimana sektor industri mengeksploitasi manusia dan alam, berupa citraan sosok kepala manusia yang terbelah berisi struktur mesin yang mengepulkan asap. Sosok ini berdiri di tengah lanskap hijau (Overhead, 2025).
Rafi juga menggambarkan bagaimana sektor industri memberangus alam lewat metafora sosok figur bertubuh mesin dengan perut berbentuk mangkok makanan. Citraan figur mesin ini berdiri di atas lahan kering kerontang yang hanya menyisakan secuil rumput hijau (Tak Pernah Kenyang, 2025). “Rafli menelaah peran teknologi yang membentuk struktur sosial sekaligus menggerus nilai kemanusiaan,” ujar Rio Aji.
Menurut Rio Aji, pendekatan Dani dan Rafi itu membentuk dialog yang mempertemukan persoalan batin, kritik sosial, dan pencarian makna kemanusiaan. Dani M. dan Rafli Bad, mencoba menelusurinya lewat karya yang menyoroti hasrat dan absurditas sebagai cermin zaman. “Karya mereka lahir dari benturan sehari-hari dengan tekanan sosial, banjir informasi, dan absurditas budaya digital yang menukar makna dengan kecepatan,” katanya.■Raihul Fadjri























Komentar