Yogyakarta, dialoguejakarta.com – Hamparan alam dengan semua elemennya adalah salah satu subject matter yang tak habis-habisnya dieksplorasi dalam ranah seni rupa. Hal inilah yang dilakukan 14 perupa kelompok Hasta Rupa pada pameran bertajuk The Beauty of Nature di Hotel Melia Purosani, 4 Oktober – 4 Desember 2025. Setiap peserta pameran ‘memotret’ alam dari sudut pandang beragam. Dari lanskap pedesaan, perkotaan, sosok manusia, hewan, hingga bentuk tumbuhan.
“Berbagai pilihan media yang mereka gunakan, warna, penggayaan bentuk, hingga sudut pandang yang mereka angkat dalam karya masing-masing perupa adalah wujud dari keanekaragaman alam,” ujar Fikri Muasz, kurator pameran ini.
Ada karya lukis dengan cat air berupa lanskap kawasan pegunungan berhiaskan rumah penduduk dan lahan pertanian (Ikhman Mudzakir, Senandung Pagi di Lembah Hijau, 2024), ada pula lanskap pegunungan dengan hamparan tanaman dalam warna merah menyala (Alex TMT, Bukit Berbunga, 2025), atau kehijauan sederet bentuk pepohonan (Kendhi Yulianto, Wisdom, 2023), hingga lukisan dalam warna monokrom berupa bentuk pohon tanpa sehelai daun pun di rantingnya (Dwi Haryanta, Bertahan Hidup, 2025).
Ada pula perupa yang memasukkan bentuk hewan pada karya lukisnya, berupa citraan bentuk kucing dengan seekor ikan di mulutnya (Alditya Rakasiwi, Cat n Fish, 2025), atau sejumlah bentuk babi yang memamerkan gigi taringnya yang runcing justru sedang menikmati taman bermain (Play Ground, 2025). Atau karya lukis Wuri Hantoro yang mengeksplorasi unsur manusia berupa tiga citraan perempuan lansia dengan wajah riang sedang selfi memakai perangkat hand phone (Ceria di Usia Senja, 2025).
Satu-satunya karya patung ada pameran ini karya Ambar Prariasmara berupa citraan bentuk pria mengeksplorasi otot tubuhnya (Human Life Series, 2022). Pameran ini ditutup dengan kesegaran lukisan cat air berupa lanskap keramaian kota Yogyakarta (Alfi Ardyanto, Jogja Heritage, 2025).
“Kegelisahan atas segala kebersinggungan mereka dengan alam sekitar maupun semesta di luar sekitaran mereka menjadikan interaksi yang menarik dalam sajian karya mereka masing-masing,” kata Fikri Muasz.■Raihul Fadjri





























Komentar