Yogyakarta, dialoguejakarta.com – Keberadaan sekolah lansia perlu memiliki kurikulum standar nasional agar pelaksanaan pendidikan bagi lansia dapat berjalan efektif dan berkelanjutan, dan Kota Yogyakarta harus menjadi pencipta kurikulum lansia.
“Kita punya tanggung jawab karena jumlah lansia di Kota Yogyakarta termasuk paling tinggi,” kata Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo dalam Acara Jambore Nasional (Jamnas) Juang Kencana (Juken) VIII Tahun 2025, di Balai Kota Yogyakarta, Rabu (8/10/2025).
“Pengalaman dan kompetensi para anggota Juken, sangat relevan untuk memperkuat program Sekolah Lansia, yang kini terus dikembangkan di Kota Yogyakarta. Sehingga diharapkan, akan ada kurikulum pendidikan lansia yang baku dan bisa diterapkan secara nasional”, tambahnya
Hasto juga menyampaikan apresiasi untuk para anggota Juken, (pensiunan BKKBN) yang masih aktif berkiprah di masyarakat, melakukan edukasi dan konseling di berbagai bidang, khususnya komunikasi dan perubahan perilaku, yang jumlahnya sekitar 200 orang di Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Anggota Juken bukan orang sembarangan. Banyak yang berlatar belakang doktor komunikasi, ahli komunikasi, dan pakar perubahan perilaku. Ilmunya luar biasa dan Pemkot Yogyakarta bersyukur mereka berkumpul dan memberi semangat Kota Yogyakarta” jelasnya.
Hasto mengungkapkan, konsep pemetaan kondisi lansia, berdasarkan empat kuadran, yakni sehat dan punya modal: dapat bekerja mandiri dan menciptakan lapangan kerja; sehat tapi tidak punya modal: perlu difasilitasi untuk bekerja bersama pihak lain. Kemudian, tidak sehat tapi punya modal: dapat berkontribusi melalui investasi atau kegiatan sosial . Terakhir, tidak sehat dan tidak punya modal: kelompok yang paling membutuhkan perhatian dan dukungan sosial.
Dengan adanya Sekolah Lansia diharapkan bisa membantu mereka agar tetap sehat, mandiri, dan tidak menjadi beban orang lain.
“Selain aspek ekonomi dan kesehatan, pentingnya hubungan keluarga dan keharmonisan sosial dalam pendidikan lansia. Banyak lansia yang mengalami kesepian atau depresi akibat ditinggalkan anak-anaknya, sehingga perlu dukungan emosional dan sosial yang memadai. Bahkan, pembahasan mengenai seksualitas lansia juga penting untuk dibuka secara ilmiah dan bijak. Karena masalah seksualitas, bagian dari kesehatan dan kualitas hidup lansia ”, lanjutnya.
Hasto berharap, para anggota Juang Kencana terus berkontribusi dalam pembangunan manusia, khususnya melalui pengembangan pendidikan dan pemberdayaan lanjut usia.
Sementara itu, Ketua Umum Juken, Sudibyo Alimoeso, menjelaskan bahwa Jamnas kali ini bukan sekadar ajang silaturahmi, tetapi juga sarana untuk berbagi pengetahuan dan praktik baik dalam pemberdayaan lansia.
“Sejalan dengan semangat Juken untuk terus berperan, BKKBN saat ini memiliki program prioritas baru, yakni ‘Lansia Berdaya’, dimana peran Juken dibutuhkan, karena yang paling tahu tentang lansia, hanya lansia sendiri. Lansia mengetahui permasalahannya, mengetahui potensinya, dan cara pengembangannya. Sehingga dari lansia untuk lansia”, ungkapnya.
Sudibyo menuturkan, untuk mewujudkan lansia berdaya dibutuhkan tiga unsur utama, yaitu sehat fisik, sehat mental, dan sehat sosial. Banyak lansia yang secara fisik sehat namun menarik diri dari pergaulan sosial karena minder atau merasa tidak berguna. Itu harus dihilangkan. Kalau sosialnya tidak sehat, mereka bisa depresi, kesepian, dan akhirnya mudah sakit. Jadi sehat itu harus utuh, fisik, mental, dan sosial.
“Disamping itu pentingnya lingkungan yang aman bagi lansia, di rumah atau di ruang publik. Banyak rumah yang belum ramah lansia. Seperti tangga tanpa pegangan, kamar mandi yang licin, penerangan yang kurang. Semua bisa berisiko untuk lansia. Sehingga kalau lansia jatuh dan cedera, kemandiriannya akan hilang”, ungkapnya.
Menurut Sudibyo, jumlah lansia di Indonesia mencapai sekitar 12 persen atau sekitar 30 juta jiwa, dan angka ini akan terus meningkat. Di Kota Yogyakarta, proporsinya sekitar 16,8 persen, tertinggi di Indonesia.
“Semangat Lansia Berdaya yang digagas pemerintah sangat tepat untuk menghadapi era Aging Population, karena Indonesia sudah menuju masyarakat menua. Untuk itu, lansia harus disiapkan bukan sebagai beban, tapi sebagai kekuatan. Lansia yang sehat, aman, dan berpartisipasi akan menjadi modal besar bagi bangsa”, pungkanya. (Wien)
Komentar