Narasi Membangun Rumah dalam Ruang Emosional dan Spiritual Marintan Sirait

Sejarah & Budaya848 Dilihat

Bandung – dialoguejakarta.com – Tujuh helai kain transparan digantung secara vertikal di ruang pamer Orbital Dago, Bandung pada pameran bertajuk Landscape in My Mind, 14 Agustus – 7 September 2025. Setiap helain kain pada karya seni instalasi perupa asal Bandung, Marintan Sirait (1960), ini memuat citraan bentuk gestur tubuh yang merupakan bagian dari praktek seni pertunjukannya.

Karya seni instalasi bertajuk Long Distance Call from Home ini merupakan salah satu karya Marintan Sirait yang dikenal sebagai perupa yang suntuk mengeksplorasi seni pertunjukan. Sosok yang terekam dalam gerakan performatif pada masing-masing panel menyiratkan fragmen emosi dan ingatan yang terbentang dalam lanskap mental.

“Transparansi kain menghadirkan kesan adanya batas-batas yang luntur antara kesadaran internal dan realitas eksternal,” ujar Rifky Effendy, kurator pameran ini.

Pada pameran ini Marintan menggunakan berbagai medium, berupa proyeksi rekaman video, lukisan cat air, karya instalasi kain, dan dokumentasi perjalanan artistiknya selama beberapa dekade.

Seri karya Marintan Sirait yang dianggap penting adalah “Membangun Rumah”, yang hadir berupa seni pertunjukan secara solo maupun berkolaborasi dalam berbagai judul dengan narasi tentang rumah. Pada beberapa karya instalasi seni pertunjukannya ada gundukan tanah berbentuk kerucut disusun dengan pasir, abu, cahaya, dan terkadang tanaman.

Marintan yang menamatkan kuliah di Jurusan Seni Murni Institut Teknologi Bandung (ITB) memang akrab dengan media tanah. Pada karya seni pertunjukan Membangun Rumah, Marintan memulainya membuat lingkaran abu di sekeliling gundukan, melapisi dirinya dengan tanah halus, dan menelusuri garis-garis gelap di lantai arena pameran yang secara simbolis menghubungkan dan mentransformasi bentuk kerucut itu.

Setiap pementasan karya seni pertunjukannya beradaptasi dengan konteks ruang, menggabungkan suara, video, dan melibatkan partisipasi penonton. “Hasilnya satu pertunjukan yang terus berkembang, berinteraksi dengan ruang, waktu dan kehadiran audiens di sekitarnya,” ujar Rifky.

Pada 31 karya seri lukisan cat air bertajuk Landscape in My Mind, citraan transparan berupa leleran cat air dalam kombinasi warna coklat dan hitam membasahi media kertas yang menghasilkan deretan citraan bentuk abstrak pada bagian tepinya saat cat air mengering. Lukisan cat air ini menghadirkan bentuk organik, yang muncul dari teknik melarutkan dan mengalirkan tinta atau cat air di atas kertas.

Karya cat air Marintan lahir dari perjumpaan antara tangan, medium, dan alam dengan tinta Cina dan pewarna alami berupa teh, kopi, atau ekstrak tanaman. Setiap unsur dibiarkan bekerja bersama melalui teknik wet-on-wet, sebagaimana air mengalir di tanah yang subur.

Menurut Marintan, dalam prosesnya, dia tidak memaksakan bentuk. “Saya menyiapkan ruang berupa kertas yang lembap, sapuan kuas yang mengikuti napas, dan tetesan warna yang dibiarkan berjalan mengikuti serat,” katanya.

Karya-karya ini menjadi cerminan lanskap geografi batin yang terus berulang, seolah memetakan medan emosional dan spiritual dalam corak lukisan abstrak. “Melalui palet warna yang minimalis dan komposisi yang lapang, karya ini menciptakan ruang untuk kontemplasi, menekankan kehadiran dan proses,” kata Rifky.

Bagi Marintan Sirat Landscape in My Mind merupakan perjalanan introspektif. “Karya saya mengajak kita untuk tidak hanya melihat, tetapi menyentuh, mendengar, dan merasakan ritme kehidupan yang mengalir di dalam dan di luar diri,” ujar Marintan.■Raihul Fadjri

Komentar