Kunjungi Darunnajah, Ini Pesan Grand Syaikh Al-Azhar

DialogNews348 Dilihat

Jakarta, Dialoguejakarta.com – Grand Syaikh Al-Azhar (GSA) Prof. Dr. Ahmad At-Thayib berkunjung ke Ponpes Darunnajah, Kamis (11/7). Rombongan GSA terdiri antara lain: Duta Besar Mesir HE. Yasser Elsheemy, Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar Prof. Dr. Abbas Shouman, Sekjen Majelis Hukama Muslimin Counsellor Muhammad Abdussalam, Sekjen Lembaga Riset Islam Prof. Dr. Nadhir Ayyadh, Mantan Rektor Al-Azhar Prof. Dr. Al-Mahrashawi, Direktur Pusat Studi Bahasa Arab ‘At-Tathwir’ Al-Azhar Prof. Dr. Nahlah Sobri dan Duta Besar  Abdurrahman Musa.

Rombongan diterima secara hangat oleh Pimpinan Pondok Dr. KH. Sofwan Manaf, M.Si, KH. Hadiyanto Arief, S.H., M.Bs, Rektor Universitas Darunnajah dan jajaran asatidz.

Dalam sambutannya Dr. KH. Sofwan Manaf, M.Si mengatakan bahwa  Darunnajah sangat terinspirasi dengan Al-Azhar dalam pendidikan. Terutama manhaj pendidikan Islam yang wasatiyyah.

Selain pendidikan, hal lain yang menginspirasi dari Al-Azhar adalah wakafnya. Al-Azhar dinilai merupakan lembaga pendidikan Islam paling berhasil menjadikan wakaf sebagai instrumen utama dalam menopang pendidikan selama lebih dari 10 abad.

Bahkan, menurut Kiai Sofwan, ribuan pesantren di Indonesia menjadikan Al-Azhar sebagai salah satu sintesa mereka dalam hal perwakafan.

Tanah wakaf Darunnajah yang dimulai dari 600 meter persegi, kini berkembang menjadi 1000 ha lebih setelah 60 tahun kemudian.

Maka, sebagai bentuk apresiasi kepada Al-Azhar, Kiai Sofwan menegaskan bahwa pembangunan gedung tujuh lantai yang sekarang sedang berlangsung, yang direncanakan akan menelan biaya sekitar 45 miliar itu akan dinamai dengan Gedung Al-Azhar.

Sementara itu, Syaikh Al-Azhar dalam tausiyahnya menekankan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Menurut GSA, kata ilmu dalam Al-Quran bermakna luas. Yaitu bermakna belajar, mengamati, mengobservasi, meneliti dan mengkreasi.

Kata ilmu dalam Al-Quran disebutkan lebih dari 100 kali. Menunjukkan betapa pentingnya kedudukan ilmu bagi seorang muslim. Terlebih, ayat pertama yang turun adalah perintah membaca.

Syaikh Al-Azhar juga menekankan pentingnya kaitan ilmu dengan iman. “Berimanlah dengan ilmu agar menjadi keyakinan yang kuat” ujarnya.

Selanjutnya, di hadapan sekitar 500an pimpinan pesantren, beliau menghimbau agar pesantren mengajarkan pengetahuan Islam secara luas dan komprehensif. Seperti, misalnya, mengajarkan keragaman pendapat-pendapat dalam madzhab-madzhab baik dalam akidah maupun fiqh ibadah.

Himbauan Grand Syaikh Al-Azhar itu dimaksudkan agar anak didik kita berwawasan luas dan bersikap toleran. Jangan terlalu kaku atau terlalu longgar, wasatiyah saja.  Semua pendapat dalam madzhab harus dikaji secara mendalam hingga ke akar masalahnya dan dasar argumentasinya. Demikian itulah manhaj yang diajarkan dalam tradisi Al-Azhar hingga saat ini.

Di akhir tausiyahnya, beliau mengapresiasi peran dan capaian yang telah diraih Darunnajah. Ia optimis Darunnajah akan terus berkembang dan maju. Bahkan, GSA berjanji akan memberikan perhatian kepada Darunnajah dan pesantren-pesantren pada umumnya.

Grand Syaikh menyatakan sangat senang dan gembira atas penyambutan yang sangat meriah dan luar biasa menandakan kecintaan masyarakat Indonesia kepada Al-Azhar.

Hadir pada acara tersebut lebih dari 600 pengasuh pondok pesantren yang tergabung dalam asosiasi FPAG, FKPM, P2i dan lain sebagainya. (*/fit)

Komentar